Lima alasan untuk jatuh cinta dengan kota Jember

Sebelumnya, saya tidak pernah mengenal dan tahu seperti apa kota Jember itu. Tidak ada sanak saudara yang tinggal di Jember, kami juga belum pernah berkunjung. Tahun 2004, kebetulan saya diterima di Universitas Jember. Waktu itu, Jember belum seramai sekarang. Hampir 13 tahun tinggal di sini, dan tahun kemarin saya resmi memegang KTP sebagai warga Jember.
Selain karena suami saya asli Jember, saya juga mulai jatuh cinta pada kota yang terkenal dengan suwar-suwirnya ini.

Jika saya di tanya kenapa saya bisa jatuh cinta, tentu banyak alasannya. Bagi saya, ada banyak kenangan yang sudah saya lalui, dan itu membuat kota ini istimewa.  Selain itu, Jember juga memiliki banyak hal unik yang membuat siapapun bisa tertarik untuk berkunjung . Bahkan lebih parah lagi, bisa jatuh cinta dan memutuskan untuk menetap. Seperti saya, awalnya merasa tersesat tapi menikmatinya.
Paling tidak ada lima hal yang mungkin bikin kamu juga tertarik datang dan bahkan tinggal di kota Jember.

1. Jember merupakan kota terpadat ketiga di Jawa Timur.





Bicara soal kota Jember tidak lepas dari Universitas Jember yang berdiri sejak tahun 1957.
Sebagai Universitas terbesar di wilayah Timur Jawa, UNEJ membawa gelombang massa yang cukup banyak tiap tahunnya. Boleh dibilang inilah salah satu sebab, kenapa Jember bisa menduduki peringkat ketiga kota terpadat setelah Surabaya dan Malang.
Jadi Jember juga termasuk kota besar, tapi tetap nyaman dan asri untuk dijadikan tempat tinggal.

2. Jember dan Pendalungan

https://jemberkab.go.id/category/wisata-budaya/

Konsep Pendalungan sendiri hampir mirip dengan konsep melting pot di Amerika, di mana ada percampuran beberapa etnik dalam suatu wilayah. Pandhalungan berasal dari kata 'dhalung' yang artinya periuk besar. Di sini, Jember diibaratkan periuk besar yang menampung percampuran beberapa budaya yang melebur menjadi kebudayaan yang baru.
Inilah yang membuat Jember menjadi kota yang menarik, Jember merupakan sebuah kota dengan berbagai macam etnik, mulai dari Jawa, Madura, Osing bahkan Cina. Hal inilah yang membuat kota ini cukup unik dan layak untuk dicintai.

3. Bahasa Jemberan

Kalau di Malang ada bahasa wolak-walik, Surabaya dengan Cak-Cuk, maka Jember pun punya Jemberan.

" Duh kah, cek lamanya se kamu, aku dari tadi nungguin ndak selesai-selesai."

Sumpah, saya melongo waktu pertama kali berkomunikasi dengan teman saya yang asli Jember.


Kalau pernah ke Jember, dan tinggal lama di kota ini. Maka kita tidak akan asing lagi dengan bahasanya yang punya ciri khas tersendiri sebagai budaya Pendalungan.
Bahasa Jember merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Madura, Jawa, Osing dan Bahasa indonesia.
Beberapa kosa-kata Jemberan yang biasa dipakai misalnya:

Gak omes: tidak sabar
Maara : Ayolah
Kok megeli : Sangat menjengkelkan
Ndek mana : Di mana
Gak ra : Nggak ah

Pengen belajar bahasa Jemberan? Singgah atau bahkan tinggal di sini bisa jadi solusi tepat!

4. Jember kota wisata

Doc. Pribadi
Salah satu hal yang saya suka di Jember adalah destinasi wisatanya yang cukup banyak dan murah meriah.
Bicara soal destinasi wisata pantainya saja  tidak cukup di kunjungi dalam sehari. Ada cukup banyak pantai, mulai dari Watu Ulo, Papuma, Payangan, Bandealit, Puger, Paseban, Nusabarong, Pancer dan masih ada beberapa pantai lagi.
Jangan lupa dengan destinasi air terjun, ada Tancak, Sumber Salak,  Antrokan, Manggisan. Rembangan dengan peternakan sapi dan pemandiannya.
Belum lagi Taman Botani Sukorambi, Meru Betiri, Kebun cokelat Renteng, Mumbul Garden sampai Nusa Barong.
Selain itu ada juga perayaan Buka giling di Semboro, Situs Duplang, serta  ikon budaya seperti Tari Lahbako, Can macanan kaduk, Musik Patrol dan masih banyak lagi.

5. Jember Fashion Carnival



http://m.liputan6.com/lifestyle/

Jember Fashion Carnival atau yang lebih fenomenal sebagai JFC merupakan salah satu ikon kota Jember sekarang. JFC sangat banyak menarik wisatawan untuk datang berkunjung dan menyaksikannya. JFC digelar sebagai salah satu event tahunan yang biasanya di gelar untuk ikut merayakan Perayaan hari kemerdekaan Indonesia di bulan Agustus.
JFC merupakan karnaval yang cukup menyedot massa baik penduduk asli maupun dari luar kota. Kalau tidak mau terjebak macet saat ke Jember, hindari berkunjung di hari JFC di adakan.

Cukup menarik bukan?
Jadi tunggu apalagi? Welcome to Jember, Suwar-suwir city.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar